Gejala yang sangat menonjol adalah sikap Dany yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Dany juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal.
Disamping itu seringkali (prilaku stimulasi diri) seperti berputar-putar, mengepak-ngepakan tangan seperti sayap, berjalan berjinjit dan lain sebagainya. Dany cenderung sangat sulit mengendalikan emosinya dan sering tempertantrum (menangis dan mengamuk). Kadang-kadang Dany menangis, tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas.
Umur 4 tahun, orang tua Dany mestimulus kemampuan membaca Dany dengan memberikan pengenalan huruf-huruf. Dengan waktu relatif singkat Dany telah bisa membaca. Umur 5 tahun Dany dimasukan ke Taman Kanak-kanak(TK). Di TK Dany tergolong anak yang menonjol, karena sudah bisa membaca dengan baik.
Umur 7 tahun Dany, dimasukan orang tuanya ke SD Swasta karena tidak ada SD Negeri yang bersedia menerima Dany untuk belajar. Di sekolahnya Dany hanya bertahan selama dua tahun, Dany dikeluarkan dengan alasan sekolah tidak bisa menfasilitasi kebutuhan Dany. Dany termasuk siswa yang tidak bisa bertahan lama berada di dalam kelas, dia selalu asyik bermain sendiri di luar kelas. Tempat favoritnya adalah perpustakaan dan laboratorium komputer.
Dikeluarkan dari sekolah, orang tua Dany kemudian mencari sekolah lain tapi tidak ada yang dapat menerima kondisi Dany. Akhirnya dengan sangat terpaksa orang tuannya memasukan Dany ke Sekolah Luas Biasa (SLB). Hal inilah yang menyebabkan Dany down bertanya kenapa ia harus dikeluarkan dari sekolah?. Kenapa ia harus sekolah di SLB?, Dany menolak dimasukan ke SLB, Dany mogok sekolah.
Tiga pekan Dany tidak sekolah. Orang tuanya terus mencari sekolah yang mau menerima anak autis, kemudian orang tua Dany mendapatkan informasi keberadaan Sekolah Peradaban yang menerima Anak Berkebutuhan Khusus untuk belajar dan bermain. Di Sekolah Peradaban, Dany dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, karena disekolahnya Dany mendapatkan kebebasan belajar di mana saja, tidak dibatasi oleh ruangan dan waktu, Dany boleh belajar kapan saja dan di mana saja (bisa di lapangann, kantin, perpustakaan, lab. komputer). Selain itu, Dany pun dapat menyalurkan minatnya pada ilmu komputer.
Empat tahun sudah Dany menempuh pendidikan formalnya di Sekolah Peradaban, kini Dany telah kelas enam. Tahun ajaran baru Dany seharusnya masuk jenjang SMP, tapi terkendala oleh karena orang tuanya harus memboyong seluruh anggota keluarga dany untuk ikut tinggal di tempat kerja baru orang tua Dany, di Arab Saudi. Ayahnya bekerja sebagai buruh di perusahan minyak.
Masalah yang dihadapi Dany masih sama seperti 6 tahun silam, Dany kesulitan untuk mendapatkan pendidikan formal, untuk dapat melanjutkan ke jenjang SMP.