Sekolah Peradaban Serang

[Cerpen] Sengketa Buku Cerita

Cerpen karangan : Syifa*
 
Pada hari itu, kami semua wajib membawa buku cerita. Tetapi ada satu hal, aku tidak membawa buku novel atau buku bacaan lainnya. Ada satu orang temanku yang mempunyai banyak buku bacaan. Tak lain lagi, dipikiranku hanya ingin meminjamnya. 

Lalu setelah jam istirahat, aku pergi menemui dia. Dia si pemilik banyak buku bacaan bernama Mariska. Akhirnya aku bertemu dengan Mariska. Ia sedang duduk di kantin sambil membaca buku. Dia sendirian saja. 

“Hai, maaf aku mengganggumu,” aku memulai percakapan.

“Ehh, ada apa yaa?” Mariska langsung meresponnya.

“Mmmm, aku ingin meminjam buku bacaan kamu, boleh?” 

“Boleh saja. Tapi adanya yang berjudul ini,” sambil menyodorkan bukunya.

“Tak apa, karena aku membutuhkannya untuk sekarang,” aku memohon agar dipinjamkan.

“Yasudah, kamu ambil saja bukunya. Tapi, jangan lupa kembalikan yaa!” ucap Mariska dengan tegas.

Aku pun mendapat pinjaman novel dari Mariska dan meminta izin untuk membawanya ke rumah setelah pelajaran selesai. Karena buku novel Mariska bagus sekali. Aku penasaran membacanya.

Setelah meminjamnya, aku pun pergi dengan riang karena sudah mendapatkan buku ceritanya. Saat di rumah, aku sibuk melihat-lihat dan membaca buku itu. Saking serunya buku itu, aku sampai tertidur pulas. Lalu mama membangunkanku untuk sholat ashar dan mandi, setelah itu makan. Karena dari tadi siang aku belum makan. 

“Nirr, ayolahhh bangun, hari semakin sore, kamu belum sholat,” ucap mamanya saat membangunkan Nirmala.

Nirmala langsung terbangun dari tidurnya. “Iya Maa aku lupa, saking serunya membaca buku, aku tertidur,” begitu kata yang diucapkan Nirmala. 

Nirmala langsung bangun dan menuju kamar mandi. Ia sholat, setelah itu dia makan. Lalu Nirmala kembali ke tempat tidurnya, ia akan kembali membaca buku cerita itu. Ia meminjam buku Mariska sebanyak 3 buku. Yang dahulu ia baca yang berjudul “HARI JUM’AT PERGI KE BORNEO”. 

Nirmala sangat serius membacanya, karena buku itu seru banget. Azan magrib berkumandang, pertanda malam sudah tiba. Nirmala tidak ingin ketinggalan salat berjamaah bersama keluarganya.

Akhirnya ia langsung bergegas mengambil wudu. Sungguh keluarga mereka rajin dan patut dicontoh. Nirmala langsung melipat mukenanya dan bergegas kembali ke kamarnya. Ia penasaran dengan buku yang berjudul itu. Sampai-sampai ia lupa belajar. Ia melanjutkan lagi membacanya. Tak terasa beberapa lembar lagi ia tamat membacanya. Nirmala memberhentikan dulu membacanya, karena ia harus belajar untuk esok. Nirmala biasanya belajar sekitar 2 jam atau 3 jam. 

Ia belajar begitu sungguh sungguh. Maka tak heran ia menduduki peringkat pertama di kelasnya. Setelah belajar, Mama menyuruhnya untuk tidur yang cukup. Mama mendampingi Nirmala sebelum tidur. Ia tidur pukul 10 malam. Saat ia sudah tertidur, mamanya menyelimutinya dan mencium keningnya. Azan shubuh mulai terdengar. Mama membangunkannya.

“Nirrr, bangun, kamu harus segera salat shubuh. Lalu mandi,” Mama membangunkan.

“Hoammmmm, iya Maa. Aku akan segera ke kamar mandi,” ucap Nirmala masih ngantuk.

Nirmala secepatnya mengambil handuk dan memasuki kamar mandi. Setelah mandi ia juga tak lupa untuk sholat shubuh. Lalu bersiap siap untuk sarapan dan berangkat. Ia sarapan bersama ayahnya. Nirmala pun berpamitan kepada mamanya. 

“Maa, aku berangkat dulu yaa.” 

“Yaa, belajar yang benar ya Nak!” nasehat Mama.
Akhirnya Nirmala dan ayahnya berangkat ke sekolah. Sebelum pergi kerja, ayahnya mengantarkan Nirmala dulu ke sekolah.

Nirmala sudah sampai di sekolahnya, akhirnya ia bersalaman kepada ayahnya. Nirmala sehari diberi uang jajan Rp15.000 oleh ayahnya. Uang itu tak pernah habis, ia selalu menyisihkan uangnya untuk ditabung. Ayahnya langsung menuju kantornya agar tidak terlambat. Ayahnya seperti kembali kerja lagi di kantornya. “Ting… tong… ting….” 

Bel berbunyi di sekolah Nirmala. Tandanya, waktu istirahat telah tiba. Saat jam istirahat, Mariska menagih buku yang dipinjamnya. Saat sedang di kantin, ia kebetulan bertemu dengan Nirmala. “Halo Nir, aku mau ambil buku yang dipinjam kamu dong!” Mariska berbicara kepada Nirmala. 

“Maaf Mar, aku tak membawanya,” ucap Nirmala dengan santai. 

“Hmmm, kan sudah kubilang, esok dibawa ya bukunya,” Mariska marah kepada Nirmala. 

“Tapi aku sama sekali tidak ingat, jadi aku minta maaf yaa,” Nirmala sedikit kesal kepada Mariska. 

“Terserah dehh!” Mariska marah kepada Nirmala. Akhirnya mereka berdua berantem. Hingga pulang sekolah mereka belum maafan. Nirmala dengan tergesa-gesa pulang sekolah, karena ia harus mencari buku Mariska. Karena bukunya lupa disimpan. Ia pulang pukul 02:30. Sesampainya di rumah, Nirmala langsung lari kekamar dan menggeledah meja belajarnya. 

Tetapi setelah dicari di sekitar meja belajar, ia tak menemukan buku Mariska. Akhirnya Nirmala berhenti sejenak, lalu ia makan dan salat dulu. Nirmala sangat lahap makannya, karena satu jam ia menggeledah meja belajarnya. Setelah selesai semua, ia lanjut mencari buku Mariska. 

Ia sangat bertanggung jawab atas barang yang ia pinjam. Sebab, bila tak dikembalikan besok, Mariska akan marah lagi kepada Nirmala. Hari semakin sore, ketika itu ia ketiduran di meja belajarnya. Masih dengan keadaan buku yang belum ditemukan. Mamanya memanggil Nirmala untuk nyapu halaman. 

“Nirrr, mari kesini!” ucap Mama dengan nada keras. 

“Iya Maa, aku lagi nyari sesuatu dulu” ucap Nirmala tergesa-gesa.”

“Tapi jangan lama yaa!” perintah Mama. 

Setelah sepuluh menit berlalu, Nirmala pun masih belum menemukan buku Mariska. Ia meninggalkan tugasnya, lalu beralih untuk menyapu halaman. Ketika Mama masuk ke kamar Nirmala, mama kaget, karena kamarnya yang penuh dengan buku berceceran. 

“Astaghfirullah, Nirmala kamu mencari apa? Sampai semua buku berceceran dilantai.”

Nirmala menghampiri Mama dikamar. Ketika sedang membereskan bukunya, Mama menemukan sebuah buku cerita. Yaitu buku yang dicari oleh Nirmala. 

“Ehh, ini buku siapa Nir?” Mama terheran-heran karena ia sebelumnya belum pernah membeli buku cerita. 

“Alhamdulillah, akhirnya. Ini buku teman mah, aku meminjamnya” ucap Nirmala senang. Esok ia akan berbaikan dengan Mariska, meminta maaf atas keteledorannya, dan mengembalikan buku Mariska.
 
—————————————————————–
Syifa, siswi kelas 8 SMP Peradaban Serang. Ikut kelas menulis di SMP Peradaban Serang yang diasuh oleh Hilal Ahmad (Wartawan Radar Banten). Cerpen ini dimuat juga di Majalah Bekicot SMP-SMA Peradaban Serang. (alumni)
Share this:

[Cerpen] Sengketa Buku Cerita

Scroll to Top
Scroll to Top